Sharing Inspirasi Ketua Karang Taruna Bersama Kak Bangkit Yudha

Tak bisa dipungkiri bahwa memang pemuda-pemudi memiliki peran yang sangat krusial untuk daerahnya, -desa maupun kelurahannya. Ide-ide kreatif dan pemahaman kepada kemajuan juga tak sedikit yang lahir dari para pemuda.

Namun, hal ini akan menjadi persoalan yang berbeda lagi jika pemuda-pemudi tersebut sudah apatis terhadap desa maupun kelurahannya. Mereka lebih enjoy menghabiskan waktu di luar, di kampus, di sekolah, dan kemudian jauh dengan masyarakat.

Hal ini pernah dirasakan juga oleh Ketua Karang Taruna Tejoagung, Bangkit Yudha Alrachmad yang baru menyadari setelahnya bahwa ada wadah di kelurahan untuk pemuda-pemudi yang berkontribusi dan menumpahkan ide kreatifnya untuk kelurahannya, yakni Karang Taruna.

“Jujur saja saya dulu sering ke luar, ke kampus dsb dan jarang di rumah, saya tidak banyak mengenal teman-teman senagkatan di lingkungan saya, kemudian saya bertemu dengan seorang teman tidak sengaja dan mengajak bergabung Karang Taruna, dari situlah kemudian saya menyadari bahwa Karang Taruna dapat menjadi wadah berkreasi.”

Sejauh perjalanan ketika dari menjadi anggota hingga saat ini menjabat ketua, tentu saja Bangkit memiliki banyak hambatan. Sama halnya dengan dirinya yang pernah apatis dan tidak memiliki pergaulan dengan pemuda di lingkungannya, beberapa upaya pendekatan dilakukan untuk merubah mindset bahwa tidak ada ruginya bergabung di Karang Taruna yang anggotanya adalah masyarakat sendiri, teman-teman terdekatnya sendiri.

Hambatan berupa mindset yang mengedepankan financial juga dihadapi oleh Bangkit, banyak pemuda yang tidak ingin bergabung hanya karena tidak menghadirkan uang.

“Ini adalah PR saya dan anggota lain, bagaimana caranya merubah mindset bahwa uang akan menyusul nanti setelah kita memiliki value. Oleh Karena itu saya adakan kegiatan belajar media dan lain-lain di Rumah Inspirasi dengan berkolaborasi dengan pegiat seni setempat.” Ujar Bamgkit

“Kegiatan belajar juga tidak semulus yang dibayangkan, kami banyak kekurangan fasilitas, hanya ada papan tulis kecil yang bisa dimanfaatkan dan berupaya sebisa mungkin agar mereka mengerti.”

“Kegiatan memang tidak sering, kadang satu minggu sekali, kalaupun ada yang tidak datang, saya jemput mereka yang belum datang.” Tambahnya.

Bangkit dan pengurus memang lebih mengutamakan pelatihan, melihat kekurangan dari sekitar terlebih dahulu, lalu merencanakan program kerja kemudian, “Setelah kita tau apa potensi dan kekurangan apa yang perlu ditambal oleh Karang Taruna, barulah buat program kerja.”

Bangkit mengajak seluruh Pembina juga aparatur kelurahan maupun Kecamatan dan Kota untuk mengajak para pemuda berkonsep sebelum bergerak.

“Pak, bu. Ayo ajak kami para pemuda berkonsep sebelum bertindak, agar kegiatan yang dihasilkan nyata dirasakan oleh masyarakat.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *